16 Juni 2009

Menatap BKM Award

Sulit untuk membayangkan bisa menemukan segenggam emas dari daerah ini. Sebuah daerah kecil di ujung paling barat Sukoharjo, berada di perbatasan Kabupaten Klaten, Boyolali dan Sukoharjo, yang hanya mengandalkan Pendapatan Asli Daerah sebesar Tujuh Juta Rupiah per tahun. Itupun hanya berasal dari satu sumber, areal persawahan yang menurut penuturan para petani di sana, sudah tidak sesubur daerah-daerah lain. Tetapi ketika memasuki Desa Sanggung, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, suasana sejuk langsung dapat dirasakan. Komplek hunian penduduk yang rapat layaknya perkotaan, tetapi jauh dari kesan panas dan gersang. Tiap rumah ditumbuhi pohon rindang, melengkapi rimbunan pepohonan di tepi jalan yang masih terawat dengan baik.


Keadaan ini bukan sesuatu yang didapat secara instan. Kesadaran penduduknya yang lumayan tinggi terhadap pelestarian pohon yang di daerah lain menjadi sasaran penebangan liar, menjadi modal utama daerah ini, tempat yang membuat orang kerasan berlama-lama untuk tinggal. Tetapi pemandangan menarik ini tidak akan menjadi lebih indah bila tidak didukung oleh pembangunan infrastruktur yang memadai.

Adalah Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Murboyo Sudro, yang secara interpretatif dapat dimaknai “MENGENTASKAN KEMISKINAN”, menjadi kelompok masyarakat yang secara sporadis telah mengubah desa Sanggung menjadi berbeda. Berawal pada akhir tahun 2007, ketika P2KP disosialisasikan di desa ini, BKM Murboyo Sudro segera memulai pekerjaannya dengan semangat tinggi para relawan, yang sempat membuat iri warga desa lain. Dibantu lembaga-lembaga desa serta para warga melalui KSM yang ada, sosialisasi demi sosialisasi segera mereka lakukan sebagai langkah awal pekerjaan besar yang berada di depan mata, menata desa, mengentaskan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat sebagai modal utama kemandirian warga desa, modal penting membangun lingkungan tanpa harus menunggu proyek fisik hadir, tanpa tahu kapan waktunya.

Banyak kegiatan yang menjadi bukti keseriusan mereka memandirikan masyarakat desa Sanggung. Selain kegiatan Infrastruktur, ekonomi dan Sosial yang standar, mereka juga melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam pengembangan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang ada. Kegiatan andalan yang sekarang tengah menjadi obyek Praktek Kerja Lapangan Mahasiswa Institut Seni Indonesia Solo yang mengambil mata kuliah Kewirausahaan adalah Pengembangan Briket Sampah Organik. Sampah yang menjadi problema serius di tempat lain, menjadi komoditas yang menjanjikan di desa Sanggung. Diramu dengan Briket Batubara yang mudah didapatkan di daerah ini, jadilah Briket Sampah Organik sebagai Briket yang sangat ekonomis dan tidak kalah kualitasnya dengan Briket Batubara, apalagi konversi minyak tanah ke Elpiji belum sepenuhnya dapat diadaptasi oleh masyarakat.

Pada awalnya, tidak banyak yang yakin pekerjaan mereka akan semulus angan-angan. Minimnya pengetahuan tentang proyek fisik, kekurang pahaman tentang Ekonomi bergulir serta tidak fasihnya komunikasi mereka dalam Pemberdayaan Masyarakat, adalah kegundahan sebagian warga terhadap kelangsungan “Grand Design” yang datang dari Direktorat Jenderal Cipta Karya ini. Tetapi rasa pesimistis yang juga berasal dari sebagian anggota BKM Murboyo Sudro ini segera mereka jawab sendiri dengan konsolidasi internal BKM yang cukup memadai, sehingga apapun permasalahan yang ada di desa, mereka tangkap sebagai bola liar yang siap dilesakkan ke gawang.

Memang tidak mudah untuk mencapai keberhasilan itu. Di tengah padatnya kegiatan mereka beberapa anggota BKM tidak dapat melanjutkan perjalanan perjuangan karena kesibukan yang memang tidak dapat ditinggalkan. Lagi-lagi soliditas mereka diuji. Ibarat kaki yang timpang jalannya, mereka harus tetap pada tujuan awal, mengentaskan kemiskinan. Jadilah beberapa bulan mereka berjalan dengan kekuatan yang tidak lengkap. Tetapi semangat yang pernah padam seperti tergambar dalam salah satu simbol dalam logo mereka, API, mereka lanjutkan pekerjaan hingga merampungkan kegiatan satu tahun yang dilaporkan dala REMBUG WARGA TAHUNAN 2008, di mana mereka berkesempatan mengganti anggota yang tidak aktif dengan anggota baru.

Semangat yang menyala-nyala itu hasilnya cukup mencengangkan, Kegiatan Infrastruktur serta Sosial yang rata-rata berjalan paling cepat dengan Laporan Pertanggungjawaban yang selesai paling dini, serta Tingkat Pengembalian Pinjaman yang masih bertahan pada capaian 100%, membuat BKM Murboyo Sudro terpilih menjadi yang terbaik se Kabupaten Sukoharjo. Dan apresiasi untuk prestasi tersebut, tanggal 11 Juni 2009 yang baru lalu, mereka mencoba tataran yang lebih tinggi di tingkat Provinsi Jawa Tengah untuk merebut BKM AWARD. Memang bukan kemenangan semata yang menjadi target usaha mereka, tetapi paling tidak, apa yang telah mereka lakukan adalah jawaban dari kegundahan mereka : Bisa atau Tidak? Jawabannya kini sudah menjadi rahasia umum, BKM Murboyo Sudro, Bisa!

Tinggal bagaimana memelihara kepercayaan masyarakat, yang menurut mereka adalah: AMANAH, untuk tetap pada rel yang telah digariskan, yaitu memelihara nilai-nilai luhur, kejujuran dan kerelawanan untuk membantu kaum Sudra. Mereka sudah berikrar, Keyakinan adalah Target. BKM Murboyo Sudro, Bisa! (Guntoro Widiastanto-Faskel CD Tim 31 KMW IV Jateng)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar