16 November 2009

Pengolahan Eceng Gondok Kali Mati Bengawan Solo sebagai salah satu alternatif Pupuk Organik dan Penyelamatan Lingkungan

PENDAHULUAN

Pelurusan sungai bengawan solo tahun 1900-an di Kelurahan Sonorejo, Kecamatam Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo ternyata meninggalkan persoalan dan potensi.

Sungai bengawan solo yang berkelok-kelok sepanjang Kel Sonorejo kini hanyalah sebuah sejarah, masyarakat mengenalnya dengan sebutan kali mati. Kali mati yang terbentang sepanjang 4 km, kini menjadi persoalan tersendiri.

Salah satu persoalan adalah menjadi sarang nyamuk. Berkembangnya sarang nyamuk tidak terlepas dari berkembang pesatnya tumbuhan eceng gondok atau bahasa latinnya disebut dengan Eichonia crassipes Pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali menimbulkan banyak permasalahan, bahkan sekarang menjadi gulma pengganggu. Kondisi demikian praktis Kalimati tidak bisa didayagunakan.

Namun demikian, bagi BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) keberadaan sungai mati tidak basa dipandang sebagai salah satu persoalan belaka, tetapi bisa jadi sebagai mutiara yang terpendam apabila secara bijak kita bisa memanfaatkannya.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh BKM dalam upaya mengubah persoalan menjadi potensi Kalimati.

Pertama : Pemanfaatan dan Pengolahan Eceng Gondok.
kondisi saat ini sungai mati sepanjang 4 km dan lebar 60 m dipenuhi eceng gondok yg belum dimanfaatkan. padahal hal ini merupakan potensi yang sangat luar biasa bahkan akibat pengolahan eceng gondok tersebut bisa membawa efek berantai.
Eceng gondok tidak hanya sekedar sebagai bahan baku kerajinan anyaman, tetapi eceng gondok juga sebagai bahan pupuk organik yg potensial. Menurut beberapa literatur potensi eceng gondok sebagai bahan pupuk organik didasarkan pada tanaman eceng gondok banyak mengandung asam humat. Senyawa itu menghasilkan fitohormon yang mampu mempercepat pertumbuhan akar tanaman. Selain itu eceng gondok juga mengandung asam sianida, triterpenoid, alkaloid dan kaya kalsium.
Pemanfaatan eceng gondok menjadi pupuk organik, sebagai salah satu upaya menunjang perbaikan ekosistem/kesuburan tanah. Apalagi tanah Sonorejo memilki tdk kurang dari 302 Ha areal perswahan atau 68.01% dari seluruh lahan yang ada.
Pemanfaatan eceng gondok dapat menciptakan lapangan kerja dan tenaga kerja baru. Selain itu bagi petani dapat mengurangi biaya operasional pengolahan sawah, dan akhirnya meningkatkan pendapatan petani.

Kedua : Pengurangan sarang nyamuk.
Berkembangnya sarang nyamuk disekitar Kalimati tidak terlepasa akibat berkembangnya tanaman eceng gondok. Dengan dimanfaatkannya eceng gondok di Kalimati dapat mengurangi populasi nyamuk. Dampak yang dahsyat dapat mengurangi penyakit demam berdarah.

Ketiga : Pemanfaatan Kalimati sebagai tempat budidaya ikan dalam keramba.
Dahulu sebenarnya sudah banyak warga yang memanfaatkan kawasan tersebut untuk usaha karamba dan hasilnya cuku bagus. Namun seiring dengan dengan tumbuh pesatnya Eceng Gondok menyebabkan kandungan O2 turun sehingga dapat mengakibatkan ikan mati. Ketika eceng gondok bisa diangkat diharapkan Kalimati berfungsi sebagai sumber perekonomian lagi dam potensi lapangan kerja.

Keempat : Kalimati sebagai wisata kuliner baru yang menarik.
Konsep keempat merupakan program kedepan setelah konsep pertama sampai ketiga bisa dilaksanakan secara makmisal. Selain itu upaya penyelamatan dan penataan lingkungan disekitar Kalimati Desa Sonorejo. Konsep wisata kuliner akan dipadukan dengan industri rumah tangga pembuatan wayang kulit dengan tatah sunggingnya, kerajinan meubeul, kaligrafi yang berkembang di Kel, Sonorejo. Inilah yang bisa diintegrasikan dengan konsep wisata kuliner plus nguri-nguri budaya.

TUJUAN :
1. Meningkatkan nilai kemanfaatan eceng gondok yang selama ini dibiarkan begitu saja.
2. Meningkatkan kemampuan masyarakat memanfaatkan potensi eceng gondok yang secara tidak langsung meningkatkan pendapatan.
3. Turut mensukseskan program pertanian yang menghargai alam melalui pemupukan secara organik.
4. Meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya terhadap ancaman penyakit demam berdarah.
5. Menjadikan awalan untuk akses keberlanjutan pengembangan kali mati sebagai potensi pengembangan perikanan dan wisata kuliner

KELUARAN YANG DIHARAPKAN :
1. Adanya kelompok masyarakat yang mengelola mengolah eceng gondok menjadi pupuk organik.
2. Adanya kelompok tani yang akan memanfatkan pupuk eceng gondok sebagai pupuk dasar pengolahan sawah.
3. Adanya peningkatan pendampatan baik bagi kelompok pengelola maupun kelompok pengguna pupuk eceng gondok
4. Tertatanya lingkungan disekitar Kalimati.

POTENSI ECENG GONDOK
Luasan Kalimati : 4.000 m x 60 m = 240.000 m2
Analisa 1 m2 : 5 kg eceng gondok basah,
Potensi Eceng Gondok : 240.000 x 5 Kg = 1.200.000 kg
Jika diasumsikan 75% x 1.200.000 kg = 900.000 kg
Jika 10 kg eceng gondok menghasilkan 4 kg pupuk organik, maka pupuk yang dihasilkan = 900.000/10 x 4 kg = 360.000 kg.
Jika diasumsikan harga pupuk Rp. 300/kg, maka menghasilkan dana : 360.000 kg x Rp. 300 = Rp. 108.000.000.

PROSES PENGOLAHAN ECENG GONDOK
• Eceng gondok dicincang atau digiling halus
• Dicampur dengan dedak sebanyak 10%
• Diberi campuran bakteri acetobacter untuk mempercepat dekomposisi. Bakteri acetobacter dicampur dengan molases dengan perbandingan 1:1 selama seminggu. Master bakteri itu siap digunakan setelah berbentuk kapang.
• Campuran bahan tersebut disimpan tertutup selama +/- 4 hari. Bisa dalam bak atau wadah tertutup beralaskan plastik dan ditutup karung goni.
• Kemudian akan terjadi peningkatan suhu campuran bahan tersebut menjadi +/- 50o celcius.
• Dan kemudian proses pembuatan pupuk selesai jika suhu telah turun menjadi +/- 30o celcius.



KEBUTUHAN ANGGARAN
Alat-alat :
1. Mesin Penggiling 1 Unit @ Rp. 30.000.000 = Rp. 30.000.0000
2. Plastik Rp. 1.000.000
3. Dedak = 360.000 kg x 10% = 36.000 x 1000 = 36.000.000
4. EM4 Rp. 10.000.000
5. Pekerja 3 orang x 90 hari x 30.000 = 8.100.000
6. Bahan Bakar 15 liter x 30 hari x 3 bln x 4500 = 6.075.000
Total Rp. 91.175.000


GAMBARAN UMUM KELURAHAN SONOREJO
Kelurahan Sonorejo adalah salah satu Kelurahan yang berada di Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo yang merupakan Kelurahan terbesar ke-2 setelah Kelurahan Sukoharjo.
Berdasarkan letak geografis, Kelurahan Sonorejo berbatasan sebelah barat dengan Kabupaten Klaten, Sebelah utara dengan Desa Parangjoro-Sukoharjo, Sebelah Timur dengan Kelurahan Bulakrejo dan Kelurahan Sukoharjo, Sebelah Selatan dengan Keluraha Dukuh-Sukoharjo.
Luas wilayah Kelurahan Sonorejo 444 Ha, terdiri dari 10 Kampung, yaitu Langsur, Sonorejo, Gedong, Cebukan, Sayem, Rejo, Kayen, Gabahn, Ngunut, Jomblang dan Perum Griya Karya. Terbagi dalam 34 Rukun Tetangga dan 11 Rukun Warga.
Berdasarkan monografi Desa (2009) penduduk Kelurahan Sonorejo berjumlah 4.927 Jiwa, terdiri dari 2.416 jiwa lak-laki dan 2.511 jiwa perempuan, setara dengan 1.089 Kepala Keluarga.
Berdasarkan tingkat pendidikan, penduduk Kel. Sonorejo paling banyak tidak tamat SD (23,73%), Tamatan SD (20,53%), Tidak Sekolah (16,7%), Tamatan SLTP (11,24%), Tamatan SLTA (6,51%), Belum Tamat SD (4,37%) dan Tamat Akademi/PT (1,46%).
Berdasarkan Mata Pencaharian jumlah penduduk Sonorejo, paling banyak berpropesi sebagai petani sendiri 781 orang, Buruh industri 306, Pedagang 217, Buruh Tani 179 dan Buruh bangunan 167, PNS/TNI 29, Pensiunan 35 dan lainnya 1008 jiwa.
Berdasarkan tingkat kesejahteraan di Kelurahan Sonorejo sebagai berikut : Keluarga Pra Sejahtera 23,59%, Sejahtera I (47,93%), Sejahtera II (9,82%), Sejahtera III (9,64%) dan Sejahtera III+ (8,99%).
Pemanfaatan lahan di Kel. Sonorejo terbagi menjadi areal persawahan sebesar 68.01%, Bangunan/Pekarangan 25,22%, dan lainnya 6,7%.
Kelurahan Sonorejo wilayahnya dialiri oleh aliran Sungai Bengawan Solo sepanjang 4-5 km yang saat ini sudah mati, kumuh dan tidak terawat. Masyarakat menyebutnya dengan Kalimati. Selain itu, industri kreatif dan kebudayaan yang masih berkembang di Sonorejo yakni, industri wayang tatah dan sungging, Seni Gamelan, Reog, Seni Tari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar