18 November 2009

MEMASYARAKATKAN KEMBALI KAIN JUMPUTAN MELALUI DIVERSIFIKASI DESAIN DAN MANAJEMEN USAHA RAKYAT DI KELURAHAN CEMANI

PENDAHULUAN

“Ditengah kesulitan ada seorang wanita yang bernama Marhamah Satari mencoba membatu suami untuk mendapatkan penghasilan dengan bekerja sebagai buruh bundel pada keluarga kaya di daerah Mangkuyudan Solo. Pada mulanya Marhaman hanya bisa menyelesaikan beberapa potong kain dalam 3-5 hari dan memperoleh upah mingguan sejumlah beberapa rupiah.
Seiring dengan berjalannya waktu disertai niat yang kuat untuk meningkatkan taraf hidup keluarga sang ibu tadi terus giat bekerja dan belajar tentang seluk beluk pembuatan kain jumputan. Berkat Rakhmat dan Ridhlo Allah SWT dalam waktu singkat sang ibu telah cukup bekal untuk mencoba peruntungannya dengan cara belajar memproduksi sendiri kain jumputan tersebut dengan skala kecil, dan hasilnya kemudian dijual langsung ke pasar Klewer Solo.
Rupiah demi rupiah dikumpulkan dan semangat makin tebal maka tidak lama kemudian, mulai merekrut tenaga kerja dan akhirnya berkembanglah usaha industri kain jumputan tersebut. Usaha jumputan bu Satari tidak hanya sekedar untuk melayani Wilayah Keresidenan Surakarta saja, tetap sudah mulai merambah ke Semarang”

Kisah cerita diatas merupakan sepenggal cerita sukses dan riwayat berkembangnya usaha kain jumputan di Kab. Sukoharjo, khususnya di Desa Cemani Kec. Grogol Kab. Sukoharjo.

Jumputan adalah salah satu cara pemberian motif di atas kain yang dilakukan dengan cara mengisi kain, melipat kain dan mengikat kain dengan cara tertentu , kemudian mencelup pada larutan zat warna sehingga akan terjadi reaksi antara serat tekstil dan zat warnanya.

Jumputan merupakan salah satu cara pembuatan motif pada kain dengan cara mengikat kain kemudian dilakukan pencelupan atau dyeing. Kain dengan motif jumputan ini banyak ditemukan di daerah Surakarta dan D.I. Yogyakarta. Proses pembuatan kain ini tidaklah sesulit yang dibayangkan hanya dengan mengikat kain dan melakukan pencelupan pada zat warna maka akan tercipta kain bermotif jumputan yang bisa dibuat selendang, angkin, dan pada masa sekarang banyak dibuat pakaian seperti daster, kaos oblong, kebaya dan baju pesta yang mewah

Sejarah kain Jumputan di Desa Cemani, khususnya di Dukuh Turi RW 07 Desa Cemani, sudah dimulai sejak tahun 1970 atau 1980-an. Pada tahun-tahun keemasan kain jumputan telah menjadi primadona dan seringkali diikutkan pada pameran-pameran mulai dari tingkat kecamatan sampai dengan tingkat kabupaten.

Namun dengan berjalannya waktu dan jaman telah berubah, usaha kain jumputan mulai mengalami pasang surut dan akhirnya mati suri. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala antara lain :
1. Minimnya kemampuan berinovasi dalam pembuatan design dan motif jumputan.
2. Sangat terbatasnya kemampuan dan pengetahuan manajemen usaha, baik sejak dari proses produksi, pemasaran dan pengelolaan keuangan, semuanya dilakukan dengan manajemen keluarga dan sifatnya serabutan.
3. Minimnya kemampuan dan pengetahuan dalma proses pewarnaan.
4. Kecilnya modal usaha, keterbatasan lembaga keuangan masyarakat, dan masyarakat tidak terbiasa dengan urusan perbankan sehingga tidak tahu atau tidak berani meminjam kredit untuk keperluan modal usaha.
5. Tidak adanya usaha kaderisasi.
6. Mulai berkembangnya usaha batik printing, khususnya usaha skala besar.

Terkait dengan hal tersebut, sudah selayaknya BKM Makmur Desa Cemani, sebagai salah satu lembaga pemberdayaan masyarakat, khususnya warga miskin untuk kembali mengangkat dan memasyarakatkan kembali kain jumputan di Desa Cemani saat ini.

Setidaknya ada beberapa alasan, mengapa kain jumputan menjadi prioritas dalam melakukan sinergitas antara masyarakat, pemerintah daerah dan stakeholder yang peduli terhadap pelestarian kain jumputan :
1. Produk kain jumputan yang dihasilkan salah satu dukuh di Desa Cemani, yakni Dukuh Turi sempat mengalami kejayaan sehingga terkenal di luar daerah.
2. Kain jumputan sangat memungkinkan untuk dikembangkan kembali karena saat ini masih ada beberapa pengrajin yang memproduksi.
3. Produksi kain jumputan yang dihasilkan melibatkan banyak pekerja terutama perempuan.
4. Penggunaan kain jumputan sangat luwes diberbagai macam keperluan mulai dari keperluan rumah tangga, sekolah, kantor baik yang resmi maupun santai karena coraknya yang khas dan unik.

Berkaitan dengan itu, BKM Makmur Cemani mengajukan usulan kegiatan kepada para stakeholder dengan usaha ” Memasyarakatkan Kembali Kain Jumputan Melalui Diversifikasi Desain Dan Manajemen Usaha Rakyat Di Kelurahan Cemani, berupa Kegiatan yang terintegratif melalui :
1. Pelatihan Diversifikasi Design Kain Jumputan
2. Pelatihan Manajemen Usaha dan Pemasaran Kain Jumputan yang profesional.
3. Pembangunan show room usaha Kecil (UKM) Kain Jumputan.
Namun demikian, langkah awal yang bisa dilakukan adalah pelatihan diversifikasi desaign dan Pelatihan Manajemen Usaha dan Pemasaran Kain Jumputan.

TUJUAN :

1. Mengembangkan dan memasyarakatkan kembali usaha kain jumputan di Desa Cemani Kec. Grogol Kab. Sukoharjo.
2. Mengembangkan desin-desai atau motif kain jumputan yang bisa diterima oleh pangsa pasar.
3. Mengembangkan kemampuan dalam mengelola usaha dan memasarkan produk kain jumputan lebih profesional.
4. Meningkatkan kesadaran terhadap generasi muda untuk dapat melestarikan kain jumputan sebagai pelaku usaha.
5. Meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya kaum perempuan di Desa Cemani Kec. Grogol.


KELUARAN YANG DIHARAPKAN :

1. Adanya masyarakat Desa Cemani yang mengembangkan kembali usaha kain jumputan.
2. Adanya koleksi desain-desain atau motif-motif kain jumputan yang bisa diterima pangsa pasar.
3. Adanya kemampuan pelaku usaha dalam mengelola dan memasarkan kain jumputan lebih profesional.
4. Adanya peningkatkan kesadaran generasi muda untuk berusaha dibidang kain jumputan.
5. Adanya peningkatan pendapatan kaum perempuan dari usaha kain jumputan.
6. Adanya kemampuan masyarakat untuk dapat mengakses pendanaan usaha melalui perbankan.


ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN/ DIGUNAKAN DALAM PELATIHAN

ALAT-ALAT :

1. Pensil
Pensil digunakan untuk membuat desain hiasan ke kain/bahan yang akan dicelup ke dalam zat pewarna

2. Jarum dan gunting
Jarum digunakan untuk menjelujur motif yang akan dibuat. Gunting digunakan untuk menggunting tali rafia pada saat ikatan akan dibuka , setelah proses pencelupan pada pewarna. Ada berbagai macam ukuran gunting. Untuk pekerjaan membuat motif kain dengan jumputan ini gunakan gunting kecil.

3. Balok
Balok digunakan pada teknik jumputan untuk menghaslkan motif yang bergaris dengan warna putih sebesar balok yang terhalang warna. Untuk menghasilkan motif yang simetris balok yang digunakan adalah balok dengan ukuran besar dan panjang yang sama yang digunakan secara berpasangan. Jika ingin motif yang asimetris bisa dipilih balok dengan ukuran yang tidak sama.

4. Kompor dan Panci
Kompor digunakan sebagai alat untuk memasak air, pewarna, dan kain yang akan diberi motif. Panci berfungsi sebagai wadah dalam proses pencelupan

5. Sendok kayu
Sendok kayu digunakan untuk mengaduk kain yang sudah diikat pada saat proses pencelupan.

BAHAN-BAHAN

Beberapa bahan yang digunakan untuk membuat motif kain dengan tekhnik jumputan adalah

1. Bahan pengikat
Bahan pengikat yang digunakan adalah tali rafia dan karet gelang. Bahan ini digunakan untuk mengikat bagian-bagian kain tekstil yang tidak ingin diberi warna. Tali rafia/karet gelang dapat menghambat penyerapan warna sehingga bagian yang tidak terikat akan berwarna sesuai pewarnanya. Tali rafia lebih kuat dibandingkan dengan karet gelang. Karet akan menjadi mulur pada saat dimasak, sehingga zat warna bisa masuk pada bahan yang seharusnya tidak diberi warna dan juga bisa merusak bahan.

2. Bahan untuk Mengisi
Bahan pengisi adalah bahan yang digunakan untuk membantu terciptanya suatu motif. Bahan yang digunakan adalah kelereng, biji-bijian, batu, uang logam dan sumpit. Caranya dengan membungkus bahan pengisi tersebut pada bahan yang akan dicelup pada pewarna. Benda-benda itu dapat menghasilkan motif yang berbeda seperti :
o sumpit akan menghasilkan motif yang memanjang
o kelereng akan menghasilkan motif bulat
Perbedaan bahan pengisi akan menghasilkan motif yang berbeda pada hasil jumputan
3. Zat warna Buatan
Zat warna buatan ini digunakan pada proses pencelupan. Pada proses pembuatan jumputan ini dipergunakan wantex dan dylon.

4. Baju kaos/ kain yang akan dijumput
Bahan yang akan dijumput dapat berupa kain atau baju/kaos polos agar mudah untuk membuat motifnya. Bahan yang berwarna putih lebih mudah di beri warna.

5. Garam/Cuka
Garam atau cuka pada proses pembuatan kain jumputan berfungsi untuk memperkuat warna, agar warna kain jumputan kuat dan tidak mudah luntur.Baju kaos/ kain yang akan dijumput

METODOLOGI PELATIHAN

Pelatihan ini dilakukan dengan 2 cara : Yakni Pemberian / Pemahaman Materi dan Praktek lapangan :

1. Pelatihan Materi
2. Pelatihan Praktek membuat desain dan kain jumputan
3. Praktek pengelolaan usaha secara sederhana.
4. Praktek Pemasaran Usaha


PESERTA PELATIHAN

Peserta terbagi 2 :
1. Peserta Usaha Baru
Adalah peserta yang belum pernah melaksanakan usaha pembuatan kain jumputan, diupayakan perempuan.

2. Peserta Usaha Lama.
Adalah pengrajin usaha kain jumputan yang ada dengan skala rumah tangga.

Jumlah Peserta sekitar 30 orang dan Jumlah Tutor sekitar 3 orang.

KEBUTUHAN ANGGARAN

No Uraian Volume Harga satuan Total

1 Konsumsi – makan 33 x 32 = 1056 10.000 10.560.000
2 Konsumsi – Snack 33 x 32 = 1056 5.000 5.280.000
3 Sewa Gedung 1 2.000.000 2.000.000
4 Sound Sistem 1 1.000.000 1.000.000
5 ATK Peserta 30 100.000 3.000.000
6 Alat Praktek 30 250.000 7.500.000
7 Backdrop 1 200.000 200.000
8 Dokumentasi dan Pelaporan 1 1.000.000 1.000.000
9 Transportasi Tutor 3 x 32 50.000 4.800.000
10 Modal Awal Usaha bersama 30 2.000.000 60.000.000

TOTAL KEBUTUHAN 95.340.000




WAKTU PELAKSANAAN

Pelaksanaan Pelatihan direncanakan dalam 2 sistem, yakni teori dan praktek.

Teori akan dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan.
Praktek Usaha Kain Jumputan sebanyak 20 kali pertemuan.
Praktek Pemasaran Kain Jumputan sebanyak 7 kali pertemuan.
Total Pertemuan sebanyak 32 kali pertemuan


PROFIL DESA CEMANI

Secara geografis, letak dan batas desa Cemani di kecamatan Grogol kabupaten Sukoharjo dengan luas wilayah 1670,475 Ha, dibatasi oleh Kota Surakarta disebelah Timur, Desa Banaran dan Sanggrahan Grogol di Sebelah Barat, Kota Surakarta di sebelah Utara dan Desa Sanggarahan – Kwarasan di Sebelah Selatan.
Desa Cemani terdiri dari 22 RW dan 115 RT terbagi dalam 7 dusun (Gambiran, Jati, Ngeruki, Candi, Waringinrejo, Turi dan Cemani).
Desa Cemani termasuk desa yang banyak didatangi oleh pendatang, karena letaknya yang strategis yaitu berbatasan dengan Kota Surakarta bagian selatan. Banyaknya pendatang di Cemani membawa dampak tersendiri bagi desa yakni peningkatan jumlah penduduk serta beragam kultur dan ekonomi.
Para pendatang salah satu tujuannya untuk mengembangkan usahanya. Untuk menyambung hidup, mereka meneruskan dan mengembangkan usahanya. Sehingga tidak ayal jika di Desa Cemani muncul berbagai macam usaha baik yang berskala kecil maupun menengah.
Beberapa jenis home industru yang saat ini ada di Desa Cemani, dengan beragam perkembangannya, (1) Kain jumputan, - Usaha kain jumputan ini banyak terdapat di daerah Dukuh Turi. Berdasarkan sejarah kain ini di tahun 80-an sempat terkenal sampai ke luar daerah; (2) Makanan ”intip”,- Makanan berbahan baku beras ini salah satu andalan, dan cukup berkembang. Sebab pemasarannya tidak hanya di dalam kota tetapi sampai ke luar kota. Kerajinan intip ini banyak dijumpai di dukuh Waringinrejo.(3) Industri Kecil pembuatan Suttle cock; (4) Industri blankon; banyak di produksi di Dukuh Waringin rejo.
Secara geografis Desa Cemani memungkinkan mengembangkan dan memasarkan produk masyarakat ke luar daerah. Hal ini disebabkan karena Desa Cemani dekat dengan pusat perdagangan, pusat kebudayaan di Solo, sehingga memungkinkan wisata luar daerah dengan mudah mengenal hasil-hasil kerajinan yang ada di Desa Cemani. (Dade Saripudin)
Kontak Person : BKM Makmur Desa Cemani (Hanriani) 081548333717

Tidak ada komentar:

Posting Komentar