28 Agustus 2010

DARI KAMBING MENUJU MANDIRI


Desa Wirogunan terletak di sebelah barat kec Kartasura. Secara geografis letaknya sangat strategis selain akses ke kota tidak jauh dan terletak dijalur akses Solo – Semarang.

Namun demikian, desa ini masih tergolong desa agraris hal ini dapat dilihat dari banyak nya lahan pertanian dan masih banyak masyarakatnya yang bermata pencaharian sebagai petani – peternak (baca : sebagai petani juga memelihara ternak)

Memelihara ternak menjadi pilihan warga setempat karena masih banyak potensi lahan pertanian dan persediaan rumput sebagai bahan pakan/makanan ternak.
Namun yang masih menjadi ganjalan di Desa Wirogunan , petani-peternak yang ada saat ini adalah banyak petani peternak yang masih menjadi buruh alias lahan yang mereka kerjakan atau ternak yang mereka pelihara milik orang lain.

Dampaknya pendapatan mereka tak sebanding dengan apa yang mereka kerjakan. Untuk memenuhi kehidupan sehari – hari kurang dari cukup. Hal ini lah yang menjadi perhatian bagi BKM dan Pemerintah desa agar masyarakat (petani-peternak) dapat meningkatkan taraf kehidupannya. Keadaan tersebut menuntut BKM Wirakarya tidak tinggal diam, di dalam PJM nya kegiatan Kambing bergulir menjadi prioritas kegiatan. Terbukti ternak bergulir di masukkan menjadi agenda kegiatan social BLM 1 tahun 2009.
Pada pertengah tahun 2009 terbentuk KSM yang di beri nama KSM Kambing I dengan dana BLM sebesar Rp 15.000.000 dan didukung swadaya dari pemanfaat yang berupa pemeliharaan termasuk obat, pakan dll dari 15 pemanfaat guliran pertama swadaya sekitar kurang lebih Rp 4.500.000.

“Dengan dana Rp 15.000.000 itu KSM berhasil membelikan 15 ekor kambing yang dibagikan ke tiap RT mendapatkan 1 ekor kambing betina. Sasaran yang menjadi pemanfaat adalah warga yang masuk dalam daftar warga yang kurang mampu (PS-2). Rata – rata mereka sudah memelihara kambing tapi bukan miliknya. Mereka hanya sebagai buruh gaduh kambing dengan penghasilan kecil. Meski ada beberapa kambing di kandang itu bukan milik mereka” cerita pak Dalmanto Bayan desa Wirogunan, yang juga salah satu pengelola KSM Kambing bergulir.

Aturan dari sistem perguliran kambing adalah pertama tiap pemanfaat mendapatkan seekor induk kambing.

Kedua : Induk Kambing perguliran kemudian dipelihara setelah beranak dan anak kambing tidak lagi menyusu induknya, pemelihara mendapatkan anak kambing sementara si induk siap digulirkan ke pemanfaat lain di RT tersebut berdasarkan kesepakatan KSM dan warga sekitarnya.

Ketiga : apabila sudah 3X perguliran maka kambing di tarik kembali oleh KSM dan diremajakan kembali dan siap digulirkan kembali. Jadi tidak hanya uang saja yang bisa di jadikan kegiatan perguliran terbukti di desa Wirogunan Kambing bisa menjadi bahan perguliran.

Agar Kegiatan ini berjalan dengan baik, maka melibatkan berbagai pihak untuk mengawasinya dari RT setempat, peranggkat desa, KSM,UPS, BKM serta dari faskel. Si pemanfaat harus melaporkan perkembangan kambing yang mereka pelihara tiap bulannya, dari kesehatan serta perkembangannya. Mereka juga bertanggung jawab atas kambing mereka bila terjadi hal yang tidak diinginkan.

Pahyono warga RT 2/5 salah satu penerima manfaat, merasa sangat terbantu dengan adanya kegiatan kambing bergulir. “ saya sangat bersyukur karena sudah mendapatkan bantuan kambing bergulir, sekarang sudah beranak 2 ekor”, ungkapnya. Namun demikian induknya belum digulirkan ke pemanfaat yang lain karena anak kambing masih menyusui.
Bagi Pahyono memelihara kambing bukanlah hal yang susah tapi harus tetap berhati-hati, khususnya memperhatikan kebersihan pakan dan kandang. Jikalau kedua hal tersebut luput dari perhatian, bisa – bisa kambing terserang penyakit, seperti jamur kulit, kudis, beleken bisa juga diare.

Dari beberapa penyakit tersebut yang paling berbahaya adalah diare dan beleken biasanya kalau tidak secepatnya di obati kambing bisa mati. “Kalau sudah begini harus segera membeli obat di toko peternakan yang ada tidak jauh dari desa”, tambah Pahyono.

Pahyono menceritakan, pemeliharaan kambing selain di beri makan rumput atau dedak di dalam kandang, sesekali harus diajak mencari makan diluar istilahnya dingon.
Banyak manfaatnya kambing dingon di luar kandang, selain kambing ganti suasana juga bisa mencari rumput segar untuk dimakan dan yang jelas mereka terkena sinar matahari langsung yang berguna untuk kesehatan si kambing.

Pahyono berharap dengan kegiatan kambing bergulir ini suatu hari dia tidak lagi menjadi buruh ternak yang hasilnya pas- pasan. Dia menginginkan memelihara ternak milik sendiri dan dapat mengembangkannya. Sehingga mereka tak lagi tergantung pada orang lain, sehingga memeliharanyapun lebih bersungguh-sungguh.

Demikian sekelumit tentang gambaran kegiatan dari perguliran kambing di desa Wirogunan. Tidak hanya berhenti sampai di situ saat ini BKM beserta pemerintah desa juga berencana akan mengembangkan kegiatan perguliran kambing. Semoga saja nanti ada program lain yang bisa untuk mendukung pengembangkan kegiatan ini. Karena masih banyak warga yang menanti giliran mendapatkan jatah guliran kambing. (Farida -Faskel Sosial Tim 24/Dade Saripudin – Askot CD).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar